"MAK"

image hosted by imageshack.us

Selasa, 26 Agustus 2008

Penyakit Tidak Menular


Penyakit Kardiovaskuler, Neoplasma, Diabetes dan Kecelakaan

Proporsi penderita Kardiovaskuler yang di rawat di rumah sakit pada tahun 1995 sebesar 3,8%. Sementara itu proporsi neoplasma pada tahun 1995 sebesar 3,8 % . Sedangkan proporsi diabetes proporsinya adalah sebesar 1,2% pada tahun 1995. Kasus kecelakaan sebesar 10% pada tahun 1995.

Penyakit Gangguan Mental

Proporsi penderita gangguan mental periode tahun 1990-1995 cenderung meningkat yaitu sebesar dari 1,9% menjadi 2,0%. Jika dilihat menurut propinsi pada tahun 1995 terlihat bahwa proporsi tertinggi terdapat di propinsi DI. Aceh (5%) disusul oleh propinsi Sulawesi Tenggara (3,4%).

Keracunan Makanan

Keracunan makanan sangat dipengaruhi oleh higiene dan sanitasi baik perorangan maupun lingkungan, sejak mulai dari bahan makanan diolah sampai siap untuk dimakan. Dari hasil pemantauan yang dilaksanakan Ditjen PPM PLP sejak tahun 1989 sampai tahun 1996, jumlah kasus keracunan makanan terlihat turun naik. Peristiwa terjadinya keracunan makanan untuk sekelompok orang termasuk Kejadian Luar Biasa yang lazim disebut KLB.

Pada tahun 1996 berdasarkan laporan yang masuk, jumlah kasus keracunan makanan sebanyak 2.308 dengan jumlah kematian 31 orang (1,34%). Bila dilihat urutan kejadian tiap bulannya maka terlihat pada bulan Juni terjadi lonjakan, yaitu sebesar 706 penderita.

Kecelakaan Lalulintas

Jumlah korban Kecelakaan Lalulintas di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung menurun yaitu dari 47.401 korban pada tahun 1989 menjadi 31.216 korban pada tahun 1996.. Kejadian kecelakaan lalulintas pada tahun 1996 menurut data yang diperoleh dari 19 Wilayah Kepolisian Daerah di Indonesia sebanyak 15.291 kejadian. Jumlah korban sebesar 15,75 per 100.000 penduduk dan korban meninggal sebesar 5,48 per 100.000 penduduk Sedangkan untuk angka kematian karena kecelakaan per 100.000 penduduk yang tertinggi berada di Wilayah Kepolisian Daerah Riau sebesar 11,12 per 100.000 penduduk dan Kalimantan Timur yaitu 11,04 per 100.000 penduduk dan yang terendah berada di Wilayah Kepolisian Daerah Jawa Tengah 2,61 per 100.000 penduduk.

Ketergantungan dan Penyalahgunaan Obat

Ketergantungan dan penyalahgunaan obat tidak dapat terlepas dari masalah lingkungan seperti antara lain sosial ekonomi, budaya, politik dan lain sebagainya. Data dari beberapa Panti Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika (PRSKN) dari tahun 1991/92 sampai dengan 1996/97 menunjukkan bahwa sebagian besar korban adalah laki-laki (77,7%). Sedangkan berdasarkan kelompok usia sebagian besar adalah kelompok usia remaja (17-20 tahun). Sementara itu tingkat pendidikan korban sebagian besar kelompok SMTP. Mengenai jenis zat adiktif yang dipakai, terlihat bahwa kasus penyalahgunaan obat berbahaya setiap tahunnya menduduki urutan pertama dari tahun 1990/91 sampai dengan 1995/96, akan tetapi pada tahun 1994/95 dan 1996/1997 penggunaan minuman keras menduduki urutan pertama dan menggantikan posisi penggunaan obat berbahaya.

Status Kesehatan Gigi dan Mulut

Sampai saat ini, pembangunan kesehatan gigi dan mulut telah berjalan dengan baik, meskipun belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari angka DMF-T (Decayed, Missing, Filled Teeth/Gigi berlubang, tanggal dan ditambal) rata-rata per tahun pada usia 12 tahun yang meningkat pada setiap dasawarsa yaitu 0,70 pada tahun 1970, 2,30 pada tahun 1980 dan 2,70 pada tahun 1990. Sementara itu pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada akhir Pelita V di Rumah Sakit Depkes dan Pemda telah mencapai 98% dari 337 rumah sakit yang ada. Sedangkan di puskesmas telah mencapai 67% dari 6.914 puskesmas.

Dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang meliputi keadaan umum dan lingkungan, derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya, maka untuk Repelita VI telah di tetapkan sasaran sub program kesehatan gigi untuk dapat ditekannya angka kesakitan penyakit gigi tetap di bawah 3 DMF-T untuk kelompok umur 12 tahun, sesuai dengan indikator penilaian WHO.

Sementara itu dari hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1994-1995 pada anak usia 12 tahun angka prevalensinya menunjukkan sebesar 74,41% dengan DMF-T rata-rata sebesar 2,50, dimana angka prevalensi tertinggi terdapat di propinsi Sulut yaitu sebesar 96,67% dengan DMF-T rata-rata 4,12 dan prevalensi terendah terdapat di propinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 50,67 dengan DMF-T rata-rata 1,27.

Tidak ada komentar:

koran digital....

Image Hosted by ImageShack.us